BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
belakang
Pendidikan
sebagai suatu upaya untuk membentuk sumber daya manusia yang berkualitas dan
berdedikasi tinggi memerlukan suatu pendukung yaitu mutu pendidikan. Mutu
pendidikan di Indonesia saat ini masih cenderung rendah bila dibandingkan
dengan Negara-negara maju di dunia. Penelitian-penelitian yang telah dilakukan
menjelaskan bahwa rendahnya mutu pendidikan saat ini berkaitan erat dengan
rendahnya motivasi siswa dalam belajar.
Perkembangan
pendidikan di Indonesia sebenarnya sudah sangat baik. Berbagai kebijakan telah
ditetapkan oleh Departemen Pendidikan Nasional dengan melakukan perbaikan semua
komponen pendidikan baik kurikulum, peningkatan kualitas guru, maupun sarana
dan prasarana yang menunjang kegiatan belajar mengajar untuk dapat meningkatkan
mutu pendidikan. Akan tetapi harus selalu dilakukan perbaikan-perbaikan dalam
proses pendidikan untuk mendapatkan mutu pendidikan yang lebih baik lagi.
Keberhasilan
proses pembelajaran merupakan hal utama yang didambakan dalam melaksanakan
pendidikan di sekolah. Dalam proses pembelajaran di kelas, komponen utama
adalah guru dan siswa. Agar proses pembelajaran berhasil maka diperlukan suatu
metode pembelajaran yang tepat, karena metode pembelajaran merupakan sarana
interaksi antara guru dan siswa dalam kegiatan belajar mengajar. Penggunaan
metode yang kurang tepat dapat menimbulkan kebosanan sehingga siswa tidak
termotivasi untuk belajar. Kejenuhan siswa, khususnya dalam belajar matematika
yang bersifat abstrak, cenderung sulit diterima, dan dipahami, menyebabkan
siswa lebih banyak pasif dan menjadi apatis sehingga hasil belajarnya tidak
optimal.
SMP
Negeri 1 palangka Raya merupakan salah satu sekolah yang hasil belajar matematikanya
masih rendah di kota Palangka Raya. Dari keterangan guru matematika diperoleh
informasi bahwa hasil belajar matematika siswa kelas VII belum sesuai dengan
yang diharapkan. Dengan kriteria ketuntasan minimal yang ditetapkan sekolah
yaitu 60, data yang diberikan guru menunjukkan rata-rata hasil mid tes semester
genap tahun ajaran 2011/2012 dari kelas VII sebesar 51,25 dengan banyaknya
siswa yang tuntas 48 siswa dari keseluruhan 156 siswa. Hal tersebut disebabkan
karena kemampuan matematika siswa yang tergolong rendah dan kurangnya motivasi
belajar siswa.
Dalam proses pembelajaran sering kali dijumpai
adanya kecenderungan siswa yang tidak mau bertanya pada guru meskipun
sebenarnya belum mengerti materi yang diajarkan oleh guru. Berbagai upaya
dilakukan guru untuk meningkatkan motivasi belajar siswa demi mendapatkan hasil
belajar matematika yang lebih baik. Salah satu strategi yang sering digunakan
oleh guru untuk mengaktifkan siswa adalah melibatkan siswa dalam diskusi dengan
seluruh siswa. Tetapi strategi ini tidak terlalu efektif walaupun guru sudah
mendorong siswa untuk berpartisipasi. Kebanyakan siswa terpaku menjadi
penonton, sementara arena diskusi hanya dikuasai segelintir siswa.
Berbagai
metode pembelajaran dari tahun ke tahun telah dikembangkan untuk meningkatkan
mutu pendidikan. Penelitian-penelitian dilakukan untuk mengetahui seberapa
efektif suatu metode pembelajaran dalam meningkatkan hasil belajar siswa.
Pengembangan pembelajaran yang diperlukan saat ini adalah pembelajaran yang
inovatif dan kreatif yang memberikan iklim kondusif dalam pengembangan daya
nalar dan kreatifitas siswa. Usaha guru untuk mencapai tujuan pembelajaran
antara lain memilih metode yang tepat, sesuai materinya dan menunjang
terciptanya kegiatan belajar mengajar yang kondusif. Salah satunya adalah
dengan menggunakan metode pembelajaran kooperatif yaitu belajar mengajar dengan
jalan menempatkan beberapa siswa dalam kelompok kecil dan memberikan mereka
sebuah atau beberapa tugas (Posamentier, 1999: 12). Pembelajaran kooperatif
memberi peluang kepada siswa yang berbeda latar belakang dan kondisi untuk
saling bergantung satu sama lain atas tugas-tugas bersama dan melalui
penggunaan struktur penghargaan kooperatif siswa dapat belajar untuk menghargai
satu sama lain (Muslimin Ibrahim, 2000: 57). Pada pembelajaran kooperatif siswa
percaya bahwa keberhasilan mereka akan tercapai jika setiap anggota kelompoknya
berhasil. Tujuan kelompok tidak hanya menyelesaikan tugas yang diberikan,
tetapi juga memastikan bahwa setiap kelompok menguasai tugas yang diterimanya.
Ada
berbagai jenis metode pembelajaran kooperatif, diantaranya adalah metode
pembelajaran kooperatif tipe STAD (Student Teams Achievement Division)
dan metode pembelajaran kooperatif tipe TGT (Teams Games Tournaments).
Metode pembelajaran kooperatif tipe STAD adalah salah satu tipe pembelajaran
kooperatif yang paling sederhana dan sebuah cara yang bagus untuk digunakan
dalam pembelajaran (Slavin, 1995: 71). Metode STAD merupakan suatu strategi
belajar yang menghendaki siswa belajar dalam kelompok yang beranggotakan 4-5
siswa yang kemampuan akademisnya tinggi, sedang dan rendah. Tiap siswa dalam
kelompok memiliki tugas berbeda. Metode pembelajaran kooperatif tipe TGT
merupakan salah satu model pembelajaran kooperatif dengan dibentuk
kelompok-kelompok kecil dalam kelas yang terdiri 4-5 siswa yang heterogen, baik
prestasi akademik, jenis kelamin, ras ataupun etnis. Dalam TGT digunakan
turnamen akademik dimana siswa berkompetisi sebagai wakil dari timnya melawan
anggota tim yang lain yang mencapai hasil atau prestasi serupa pada waktu lalu
(Slavin, 1995:84).
Kedua
metode ini mempunyai persamaan yaitu membagi kelas dalam kelompok-kelompok yang
terdiri dari 4-5 orang siswa yangheterogen. Masing-masing anggota kelompok
dituntut untuk menguasai materi dan mampu menyelesaikan soal yang diberikan
oleh guru. Perbedaannya, dalam STAD digunakan kuis untuk mengukur perkembangan
belajar siswa, sedangkan dalam TGT digunakan game dan turnamen dimana siswa
berkompetisi sebagai wakil dari timnya melawan anggota tim yang lain. Dalam
berbagai kajian, metode STAD dan TGT memberikan pengaruh yang positif terhadap
pencapaian hasil belajar siswa (Slavin, 1995: 25). Tapi permasalahannya tidak
ada yang dapat menjamin bahwa suatu metode pembelajaran yang ada akan selalu
berhasil dan efektif untuk diterapkan pada semua peserta didik dan pada setiap
pokok bahasan.
Berdasarkan
uraian diatas peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “ Perbedaan
hasil belajar matematika menggunakan pembelajaran kooperatif tipe STAD (Student
Team Achievement Division) dengan TGT (Teams Games Tournament) pada
materi bangun datar siswa kelas Vll SMP Negeri 1 Palangka Raya”.
B.
Identifikasi
masalah
Dari uraian latar belakang diatas,
dapat diidentifikasikan masalah sebagai berikut:
1. Hasil belajar matematika siswa masih
belum sesuai dengan yang diharapkan dan kemampuan matematika siswa masih
tergolong rendah.
2. Siswa cenderung pasif dalam proses pembelajaran.
3. Motivasi siswa dalam belajar masih rendah.
4. Tidak dapat dipastikan bahwa
suatu metode pembelajaran yang ada akan selalu berhasil dan efektif untuk
diterapkan pada semua peserta didik dan pada setiap pokok bahasan.
C.
Pembatasan
penelitian
Agar
ruang lingkup penelitian tidak terlalu luas, maka peneliti memandang perlu
adanya pembatasan. Oleh karena itu penelitian ini memiliki batasan masaah
sebagai berikut:
1. Materi
penelitian hanya membahas luas persegi panjang.
2. Kemampuan
yang di ukur hanya pada ranah kognitif.
D.
Rumusan
masalah
Berdasarkan
latar belakang di atas, masalah dalam penelitian ini adalah “ Apakah ada perbedaan
hasil belajar siswa yang diajar menggunakan pembelajaran kooperatif tipe STAD (Student Teams Achievement Division)
dengan TGT (Teams Games Tournament)
pada materi bangun datar siswa kelas Vll SMP Negeri 1Palangka Raya?”
E.
Tujuan
penelitian
Tujuan
penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan prestasi belajar matmatika
siswa Vll SMP negeri 1 palangka raya yang diajarkan menggunakan pembelajran
kooperatif tipe STAD (Student Teams
Achievement Division) dengan TGT (
Teams Games Tournament).
F.
Manfaat
penelitian
Manfaat
yang diharapkan dari penelitian ini :
1. Bagi
peneliti
a. Penelitian
ini dapat menambah wawasan peneliti tentang pelaksanaan pembelajaran kooperatif
tipe STAD dan TGT
b. Peneliti mampu mengidentifikasi
kelemahan penyebab terhambatnya kemampuan pemecahan masalah matematika
siswa SMP
c. Peneliti mampu mengetahui dan
memahai bagaimana kemampuan pemecahan masalah matematika siswa SMP ketika
diterapkan pembelajaran STAD dan TGT
2. Bagi guru
a. Dapat membantu tugas guru dalam
meningkatkan kemampuan pemecaham masalah siswa selama proses pembelajaran di
kelas secara efektif dan efisien.
b. Dapat memberikan masukan bagi guru,
yaitu cara untuk meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematika siswa.
c. Mempermudah guru melaksanakan
pembelajaran
3. Bagi siswa
a.
Dapat membantu siswa untuk meningkatkan kemampuan pemecahan
masalah matematika yang dipelajari.
b.
Siswa dapat membangun kemampuannya sendiri.
4. Bagi sekolah
Secara tidak langsung akan membantu memperlancar proses
belajar mengajar.