Jumat, 30 November 2012

PENELITIAN PENDIDIKAN MATEMATIKA



BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar belakang
Pendidikan sebagai suatu upaya untuk membentuk sumber daya manusia yang berkualitas dan berdedikasi tinggi memerlukan suatu pendukung yaitu mutu pendidikan. Mutu pendidikan di Indonesia saat ini masih cenderung rendah bila dibandingkan dengan Negara-negara maju di dunia. Penelitian-penelitian yang telah dilakukan menjelaskan bahwa rendahnya mutu pendidikan saat ini berkaitan erat dengan rendahnya motivasi siswa dalam belajar.
Perkembangan pendidikan di Indonesia sebenarnya sudah sangat baik. Berbagai kebijakan telah ditetapkan oleh Departemen Pendidikan Nasional dengan melakukan perbaikan semua komponen pendidikan baik kurikulum, peningkatan kualitas guru, maupun sarana dan prasarana yang menunjang kegiatan belajar mengajar untuk dapat meningkatkan mutu pendidikan. Akan tetapi harus selalu dilakukan perbaikan-perbaikan dalam proses pendidikan untuk mendapatkan mutu pendidikan yang lebih baik lagi.
Keberhasilan proses pembelajaran merupakan hal utama yang didambakan dalam melaksanakan pendidikan di sekolah. Dalam proses pembelajaran di kelas, komponen utama adalah guru dan siswa. Agar proses pembelajaran berhasil maka diperlukan suatu metode pembelajaran yang tepat, karena metode pembelajaran merupakan sarana interaksi antara guru dan siswa dalam kegiatan belajar mengajar. Penggunaan metode yang kurang tepat dapat menimbulkan kebosanan sehingga siswa tidak termotivasi untuk belajar. Kejenuhan siswa, khususnya dalam belajar matematika yang bersifat abstrak, cenderung sulit diterima, dan dipahami, menyebabkan siswa lebih banyak pasif dan menjadi apatis sehingga hasil belajarnya tidak optimal.
SMP Negeri 1 palangka Raya merupakan salah satu sekolah yang hasil belajar matematikanya masih rendah di kota Palangka Raya. Dari keterangan guru matematika diperoleh informasi bahwa hasil belajar matematika siswa kelas VII belum sesuai dengan yang diharapkan. Dengan kriteria ketuntasan minimal yang ditetapkan sekolah yaitu 60, data yang diberikan guru menunjukkan rata-rata hasil mid tes semester genap tahun ajaran 2011/2012 dari kelas VII sebesar 51,25 dengan banyaknya siswa yang tuntas 48 siswa dari keseluruhan 156 siswa. Hal tersebut disebabkan karena kemampuan matematika siswa yang tergolong rendah dan kurangnya motivasi belajar siswa.
 Dalam proses pembelajaran sering kali dijumpai adanya kecenderungan siswa yang tidak mau bertanya pada guru meskipun sebenarnya belum mengerti materi yang diajarkan oleh guru. Berbagai upaya dilakukan guru untuk meningkatkan motivasi belajar siswa demi mendapatkan hasil belajar matematika yang lebih baik. Salah satu strategi yang sering digunakan oleh guru untuk mengaktifkan siswa adalah melibatkan siswa dalam diskusi dengan seluruh siswa. Tetapi strategi ini tidak terlalu efektif walaupun guru sudah mendorong siswa untuk berpartisipasi. Kebanyakan siswa terpaku menjadi penonton, sementara arena diskusi hanya dikuasai segelintir siswa.
Berbagai metode pembelajaran dari tahun ke tahun telah dikembangkan untuk meningkatkan mutu pendidikan. Penelitian-penelitian dilakukan untuk mengetahui seberapa efektif suatu metode pembelajaran dalam meningkatkan hasil belajar siswa. Pengembangan pembelajaran yang diperlukan saat ini adalah pembelajaran yang inovatif dan kreatif yang memberikan iklim kondusif dalam pengembangan daya nalar dan kreatifitas siswa. Usaha guru untuk mencapai tujuan pembelajaran antara lain memilih metode yang tepat, sesuai materinya dan menunjang terciptanya kegiatan belajar mengajar yang kondusif. Salah satunya adalah dengan menggunakan metode pembelajaran kooperatif yaitu belajar mengajar dengan jalan menempatkan beberapa siswa dalam kelompok kecil dan memberikan mereka sebuah atau beberapa tugas (Posamentier, 1999: 12). Pembelajaran kooperatif memberi peluang kepada siswa yang berbeda latar belakang dan kondisi untuk saling bergantung satu sama lain atas tugas-tugas bersama dan melalui penggunaan struktur penghargaan kooperatif siswa dapat belajar untuk menghargai satu sama lain (Muslimin Ibrahim, 2000: 57). Pada pembelajaran kooperatif siswa percaya bahwa keberhasilan mereka akan tercapai jika setiap anggota kelompoknya berhasil. Tujuan kelompok tidak hanya menyelesaikan tugas yang diberikan, tetapi juga memastikan bahwa setiap kelompok menguasai tugas yang diterimanya.
Ada berbagai jenis metode pembelajaran kooperatif, diantaranya adalah metode pembelajaran kooperatif tipe STAD (Student Teams Achievement Division) dan metode pembelajaran kooperatif tipe TGT (Teams Games Tournaments). Metode pembelajaran kooperatif tipe STAD adalah salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang paling sederhana dan sebuah cara yang bagus untuk digunakan dalam pembelajaran (Slavin, 1995: 71). Metode STAD merupakan suatu strategi belajar yang menghendaki siswa belajar dalam kelompok yang beranggotakan 4-5 siswa yang kemampuan akademisnya tinggi, sedang dan rendah. Tiap siswa dalam kelompok memiliki tugas berbeda. Metode pembelajaran kooperatif tipe TGT merupakan salah satu model pembelajaran kooperatif dengan dibentuk kelompok-kelompok kecil dalam kelas yang terdiri 4-5 siswa yang heterogen, baik prestasi akademik, jenis kelamin, ras ataupun etnis. Dalam TGT digunakan turnamen akademik dimana siswa berkompetisi sebagai wakil dari timnya melawan anggota tim yang lain yang mencapai hasil atau prestasi serupa pada waktu lalu (Slavin, 1995:84).
Kedua metode ini mempunyai persamaan yaitu membagi kelas dalam kelompok-kelompok yang terdiri dari 4-5 orang siswa yangheterogen. Masing-masing anggota kelompok dituntut untuk menguasai materi dan mampu menyelesaikan soal yang diberikan oleh guru. Perbedaannya, dalam STAD digunakan kuis untuk mengukur perkembangan belajar siswa, sedangkan dalam TGT digunakan game dan turnamen dimana siswa berkompetisi sebagai wakil dari timnya melawan anggota tim yang lain. Dalam berbagai kajian, metode STAD dan TGT memberikan pengaruh yang positif terhadap pencapaian hasil belajar siswa (Slavin, 1995: 25). Tapi permasalahannya tidak ada yang dapat menjamin bahwa suatu metode pembelajaran yang ada akan selalu berhasil dan efektif untuk diterapkan pada semua peserta didik dan pada setiap pokok bahasan.
Berdasarkan uraian diatas peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “ Perbedaan hasil belajar matematika menggunakan pembelajaran kooperatif tipe STAD (Student Team Achievement Division) dengan TGT (Teams Games Tournament) pada materi bangun datar siswa kelas Vll SMP Negeri 1 Palangka Raya”.

B.     Identifikasi masalah
Dari uraian latar belakang diatas, dapat diidentifikasikan masalah sebagai berikut:
1. Hasil belajar matematika siswa masih belum sesuai dengan yang diharapkan dan kemampuan matematika siswa masih tergolong rendah.
2. Siswa cenderung pasif dalam proses pembelajaran.
3. Motivasi siswa dalam belajar masih rendah.
4. Tidak dapat dipastikan bahwa suatu metode pembelajaran yang ada akan selalu berhasil dan efektif untuk diterapkan pada semua peserta didik dan pada setiap pokok bahasan.
C.    Pembatasan penelitian
Agar ruang lingkup penelitian tidak terlalu luas, maka peneliti memandang perlu adanya pembatasan. Oleh karena itu penelitian ini memiliki batasan masaah sebagai berikut:
1.       Materi penelitian hanya membahas luas persegi panjang.
2.       Kemampuan yang di ukur hanya pada ranah kognitif.

D.    Rumusan masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, masalah dalam penelitian ini adalah “ Apakah ada perbedaan hasil belajar siswa yang diajar menggunakan pembelajaran kooperatif tipe STAD (Student Teams Achievement Division) dengan TGT (Teams Games Tournament) pada materi bangun datar siswa kelas Vll SMP Negeri 1Palangka Raya?”
E.     Tujuan penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan prestasi belajar matmatika siswa Vll SMP negeri 1 palangka raya yang diajarkan menggunakan pembelajran kooperatif tipe STAD (Student Teams Achievement Division) dengan TGT ( Teams Games Tournament).
F.     Manfaat penelitian
Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini :
1.       Bagi peneliti
a.       Penelitian ini dapat menambah wawasan peneliti tentang pelaksanaan pembelajaran kooperatif tipe STAD dan TGT
b.      Peneliti mampu mengidentifikasi kelemahan penyebab terhambatnya  kemampuan pemecahan masalah matematika siswa SMP
c.       Peneliti mampu mengetahui dan memahai bagaimana kemampuan pemecahan masalah matematika siswa SMP ketika diterapkan pembelajaran STAD dan TGT
2.       Bagi guru
a.       Dapat membantu tugas guru dalam meningkatkan kemampuan pemecaham masalah siswa selama proses pembelajaran di kelas secara efektif dan efisien.
b.      Dapat memberikan masukan bagi guru, yaitu cara untuk meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematika siswa.
c.       Mempermudah guru melaksanakan pembelajaran
3.       Bagi siswa
a.       Dapat membantu siswa untuk meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematika yang dipelajari.
b.      Siswa dapat membangun kemampuannya sendiri.
4.       Bagi sekolah
Secara tidak langsung akan membantu memperlancar proses belajar mengajar.


0 komentar:

Posting Komentar